Bersungguh-sungguh Melaksanakan Amanat

0 Comments

Salah satu kelemahan kita selama ini adalah tidak memiliki kesungguhan dalam melaksanakan amanat yang dibebankan kepada kita, suatu amanat yang kita sendiri mengatakan sudah siap melaksanakannya.
Kita menganggap remeh dan tidak menyediakan waktu yang khusus untuk melaksanakan amanat itu, kita berpikir bahwa masih ada waktu lagi esok hari dan hari ini kita masih bisa mengerjakan hal-hal lain atau bersantai sedikit.
Kita tidak mencoba memahami bahwa dunia ini begitu luas dan keriuhan orang-orang di dalamnya begitu beragam sama banyaknya dengan jumlah orang yang hidup di dunia. Kita tidak mencoba memahami bahwa orang-orang yang menggantungkan amanat itu kepada kita memiliki batasan-batasan ruang dan waktu, yang kalau kita tidak menyelesaikan amanat itu tepat pada waktunya dengan benar maka orang-orang itu akan mengalami kerugian yang besar, bukan saja kita.
Sedangkan mengakibatkan kerugian kepada orang lain bisa disebutkan sebagai sebuah perbuatan aniaya, suatu perbuatan yang bisa dimasukkan ke dalam dosa kepada sesama manusia. Kita tidak mencoba memahami demikian itu.
Kita hanya memikirkan tentang kepentingan dan kebutuhan kita sendiri, dunia kita sendiri, ruang dan waktu kita sendiri.
Sesungguhnya, kalaulah diperlukan untuk tidak tidur berhari-hari dan bermalam-malam, maka kita mestinya juga tidak memberanikan diri tidur sekejappun, sehingga amanat kita itu terselesaikan. Bahkan kalaulah diperlukan jiwa kita untuk menyelesaikan amanat itu, semestilah kita menyerahkan jiwa kita sehingga terselesaikan amanat itu.
Demikianlah mestinya yang ada dalam pikiran dan batin kita. Orang barat mengenalnya sebagai komitmen. Kita mengenalnya sebagai amanah.

One Reply to “Bersungguh-sungguh Melaksanakan Amanat”

  1. Apakah amanah sama dengan komitmen? Entah kenapa, rasa yang aku dapatkan ketika mendengar kedua kata itu cukup berbeda. Amanah tampak sebagai sebuah kewajiban yang berasal dari luar individu, sedangkan komitmen merupakan kesungguhan yang diikrarkan, asalnya dari dalam. Bisa ngga ya,persepsi direkayasa, sehingga amanah dilakukan dengan penuh keikhlasan sehingga menjadi optimal?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *