Sakyahara

Simbah meninggal dengan tenang dan dalam keadaan yang sehat. Insya Allah.

Dan memberikan kesan akhir yang baik bagi semua anak dan cucunya.

Keadaannya yang terakhir memang segar bugar dan bahagia dan mungkin juga lega.

Bagi sebagian memang dianggap mencuri waktu dan juga seperti pangewa-ewa [meninggalkan kenangan yang abadi] karena sulit untuk diduga akan terjadi pada saat sekarang. Pada saat keadaannya begitu prima dan berbinar. Sehingga tidak percaya bahwa ini terjadi.

Kesadaran mengenai kehendak Allah yang menuntun untuk menjadi ikhlas menerima dan lalu pasrah mendoa.

“Semoga diampuni semua kesalahan beliau dan dibentangkan jalan yangmudah di alam kubur dan ditempatkan di dalam surga yang mulia”.

‘Simbah itu nglimpekke saya’, kata Mas Is malam itu. ‘aku ini tidak bisa tidur karena di dalam kepala ini terus terbayang, terus saja teringat saat-saat di mana saya bersama dengannya, menemaninya dan mengobrol tiap hari. Terlalu banyak cerita yang berjalan di saat-saat kebersamaan itu. Terlalu banyak kenangan. Tidak bisa hilang’

‘Saya itu ada di sini, lho mas, malem minggu itu, tidur di sini’, cerita lik Rom.’Simbah itu tidak mau saya temani tidur malam itu, saya tidak boleh menemani karena katanya kalau tidur saya banyak gerak dan membuatnya gerah, padahal tidak. Saya diminta tidur di bawah menemani asma. Saya kok ya mau.

Seharian itu Simbah bercanda terus demikian juga malam itu. Paginya simbah juga membuat lelucon tentang hafid kecil waktu saya mau balik ke jatisrono. Simbah segar dan ceria pagi itu.

Jadi saya tidak percaya waktu diberitahu kalau simbah kambuh lagi dan harus dibawa ke rumah sakit

Begitulah meski saya telah berusaha menyiapkan diri dan menguatkan diri menghadapi masa seperti ini, masih saja terasa berat, tidak tahu.

Tapi segera sekarang ini saya sudah ikhlas dan rela. Dan saya tinggal berdoa mudah-mudahan dosa simbah diampuni dan diberi jalan yang lancar.

Sekarang saya sudah ikhlas dan rela”.