19 June 2005
Pikiran Yang Berkabut
Apa yang disebut dengan pikiran yang berkabut? Dan pernahkah kita pada suatu waktu mengalaminya juga?
Pikiran berkabut, sama halnya dengan pemandangan yang berkabut adalah sebuah keadaan ketika pikiran tidak bisa melihat dengan jelas sesuatu hal baik itu keadaan, peristiwa, soal, masalah, atau hal-hal sederhana seperti mengingat sesuatu.
Yang terasakan dalam pikiran waktu itu adalah seperti ada penghalang antara yang ditangkap mata, telinga, dengan yang ditangkap oleh pikiran. Sehingga sesuatu yang nampak menjadi seperti tidak benar-benar ada, samar atau bahkan kosong.
Kita pernah mengalaminya suatu ketika. Tidak hanya sekali, bahkan. Pada saat itu kita melakukan hal-hal yang tidak jelas manfaatnya. Kadang-kadang hal yang buruk, yang bodoh. Yang setelahnya menjadikan kita menyesal telah melakukan hal-hal bodoh itu. Yang setelahnya kita memikirkan dengan jelas bahwa seharusnya kita bisa tidak melakukan hal itu seandainya kita lebih sadar. Yang setelahnya kita memiliki semua pertimbangan paling masuk akal yang dapat kita jadikan alasan untuk tidak melakukannya. Tetapi keadaannya adalah bahwa kita sudah melakukan hal bodoh itu karena pikiran kita sedang berkabut.
Akibat langsung dari keadaan pikiran yang berkabut adalah pekerjaan yang tidak ketemu jalan penyelesainnya. Kita merasa kesulitan menyelesaikan suatu pekerjaan yang mungkin pernah kita selesaikan sebelumnya pada waktu yang lalu, sekarang menjadi sesuatu yang sulit dan tidak bisa segera selesai. Kemudian juga boros dan berlebihan dalam membelanjakan uang kadang sama sekali tidak jelas peruntukannya. Akibat lain adalah melupakan Tuhan, tidak menyembahnya dan mengingatnya dengan doa yang cukup. Dapat juga kita menjadi berjalan tidak tentu arah dalam arti yang sesungguhnya, asal berjalan saja naik kendaraan sendiri atau kendaraan umum. Setelah sampai di suatu tempat kita sendiri bingung untuk apa kita ke tempat tersebut, sesaat kemudian kita menjadi ingat bahwa kita sebenarnya hendak ke suatu tempat yang lain, dan ketika kita pergi ke tempat yang sebenarnya kita hendak tuju untuk suatu keperluan, maka sudah tidak tepat lagi waktunya, dan akhirnya keperluan kita pun tidak terpenuhi, kita tidak mendapatkan apa-apa dari perjalanan seharian selain lelah dan kehilangan uang yang banyak.
Begitulah pikiran yang berkabut dapat membawa kepada hal-hal tidak menarik bahkan buruk. Kita perlu berhati-hati agar pikiran berkabut tidak terlalu lama menutup kesadaran kita dan terlalu tebal menyelimuti pikiran kita. Karena ketika segala sesuatunya gelap dan terbiasa kita di dalamnya, kita menjadi merasa hidup dalam dunia yang sebenarnya dan melihat cahaya sebagai sesuatu keanehan yang asing.
Barangkali itulah pesan yang hendak disampaikan dalam pengajaran ritual agama. Kita perlu setiap hari berdoa dan mengingat Tuhan dengan jujur dan tulus, membaca dan memahami kitab suci selembar halaman setiap hari. Barangkali agar pikiran kita tidak mudah menjadi pikiran yang berkabut. Barangkali agar pikiran kita mudah tercerahkan kembali.
19 June, 2005
0 Comments
pikiran yang bias dan subyektif serta penuh dengan interest pribadi, itu yang membuat kita menjadi manusia..
kegagalan akan menggali kualitas terbaik dari dalam diri kita dengan cara yang paling perih sekalipun.
ke-tidak-pernah-gagal-an lah yang akan membawa kita ke ‘jurang’..
“nice thoughts!” (^_^)