Seperti melalui hari dengan penuh semangat kerja yang tinggi dan mendapati bahwa kita belum menemukan hasil yang memuaskan, terhempas jadinya di akhir hari dengan rasa penat yang menumpuk. Setiap waktu yang berlalu seperti mutiara manikam yang tiada ternilai harganya. Meraih selarik demi selarik karya dengan kesabaran yang mengikat.
Seperti hanya Tuhanlah yang tahu pasti apa gerangan yang bakal terjadi lagi. Maka kalau begitu buruk kita perlakukan waktu diri kita sepantasnya kita menangis menuai puing puing terserak karya yang tiada sempurna. Masih adakah kelegaan yang dapat kita banggakan kalau ternyata kita tidak menghasilkan karya yang menilaskan tapak jelas langkah kita di hari ini.
Bekerja dengan keringat yang melelehkan beban di jiwa kita masih memiliki kekuatan lebih dibandingkan dengan bekerja yang menikmatkan kemanjaan akan hasil yang cepat. Bersanding dengan matahari dari ufuk ke ufuk memulai dan mengakhiri.
Hari ini ketemu dengan Pak Purwadi, doktor jawa yang paling muda dan eksentrik sejak mula. Ia mendirikan isbuja [institut budaya jawa] sekolah dengan model baru yang memberikan kebebasan kepada muridnya untuk melakukan pembelajaran mandiri. Sekolah tanpa perlu meminta ijin dari departemen pendidikan dan kebudayaan dan tanpa sekolah. Sekolah kolong langit.
5 September, 2002
0 Comments