Isi Kepala Berrat

0 Comments

Dua hari lalu yang melelahkan.

Memikirkan apa yang terjadi di waktu yang lalu dan waktu yang akan datang dengan menggunakan kegiatan masa sekarang sebagai patokan atau dasar pikiran, sungguhlah menguras tenaga yang tidak sedikit.

Apalagi kalau kita punya keinginan mengenai peristiwa apa yang seharusnya terjadi di masa lalu itu dan peristiwa apa yang akan harus terjadi di masa yanga akan datang itu. Keduanya membutuhkan semangat tidak henti untuk mewujudkannya. Sebagai yang masa lalu adalah wujud evaluasi mengenai yang ingin dan yang terjadi, sebagai yang akan datang adalah wujud perencanaan mengenai bagaimana yang ingin bisa terjadi.

Pembicaraan ternyata kembali lagi kepada bagaimana menata manajemen perusahaan. Setiap orang yang terlibat di dalamnya adalah kepala dengan sejuta pikiran yang berjalannya pikiran itu di dalam kepalanya sendiri adalah bercabang cabang. Beberapa kepala yang bersinggungan memiliki lebih banyak lagi cabang yang saling berkelindan.

Bagaimana menyatukan kesemuanya dalam satu visi yang jelas dan terstruktur yang bisa dipahami bersama sebagai visi bersama visi perusahaan. Dengan isi jiwa yang berdiri sendiri di jalannya masing masing mana mungkin dapat dijalankan satu yang tetap utuh dan sejalur. Ini hanya bisa diwujudkan dengan membangunnya secara konsisten dan kuat seluruh langkah, dengan ketetapan hati. Harus ditentukan suatu titik waktu dan keadaan untuk memulainya membenahi dengan sungguh sungguh. Tanpa keinginan, konsistensi langkah, dan ketetapan hati, semuanya hanyalah akan sekedar menjadi omongan untuk memperbaiki tanpa pernah benar proses itu dijalankan.

Manusia, sistem dan tujuan yang dijabarkan dalam langkah langkah yang jelas akan menjadi gerakan yang sebenarnya. Semuanya harus disatukan. Dengan hati dan akal.

Solilokui:

“Kalau memang apa yang aku alami itu cinta,

tanamkanlah ia sebagai pohon yang baik,

akarnya teguh di bumi, daunnya rimbun meneduhi,

dan buahnya bermusim-musim tetap dapat kupetik.

Kalau memang yang aku alami itu nafsu,

biarkanlah ia menjadi pohon yang buruk,

akarnya retas, gampang lepas,

pohon keringnya berdaun layu dan cepat tumbang”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *